BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
فَإِنۡ حَآجُّوكَ فَقُلۡ أَسۡلَمۡتُ وَجۡهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِۗ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡأُمِّيِّۧنَ ءَأَسۡلَمۡتُمۡۚ فَإِنۡ أَسۡلَمُواْ فَقَدِ ٱهۡتَدَواْۖ وَّإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّمَا عَلَيۡكَ ٱلۡبَلَٰغُۗ وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ ٢٠
Artinya: “Kemudian jika mereka mendebatmu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: ‘Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.’ Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi al-Kitab, dan kepada orang-orang yang ummi: ‘Apakah kamu (mau) masuk Islam.’ Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Mahamelihat akan hamba-hamba-Nya.”
Firman-Nya (فإن حاجوك) yaitu mendebatmu dalam hal tauhid.
Firman-Nya (فقل أسلمت وجهي لله ومن اتبعن) (“Maka katakanlah: ‘Aku menyerahkan diri kepada Allah dan demikian juga orang-orang yang mengikutiku.”‘) Yaitu, katakanlah: “Aku telah mengikhlaskan ibadahku hanya untuk Allah Ta’ala semata, yang tiada sekutu, tiada tandingan, tiada beranak, dan tiada pula isteri bagi-Nya.”
Firman-Nya (ومن اتبعن) (“Dan orang-orang yang mengikutiku.”) Yaitu mengikuti agamaku dan mengatakan seperti yang aku katakan, sebagaimana Dia berfiirman dalam Surah Yusuf ayat 108 yang artinya: “Katakanlah: `Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak [kamu] kepada Allah dengan hujjah yang nyata.’”
Firman-Nya (وقل للذين أوتوا الكتاب ... وإن تولوا فإنما عليك البلاغ) (“Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: Apakah kalian mau masuk Islam?’ Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan [ayat-ayat Allah saja.”) Dia memerintahkan kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad untuk mengajak Ahlul Kitab dan orang-orang yang ummi (tidak dapat membaca dan menulis) dari kalangan orang-orang musyrik menuju jalan dan agama-Nya serta masuk dalam syari’at-Nya. Maksud lafaz ini adalah Allah Ta’ala-lah yang akan menghisab mereka, dan hanya kepada-Nya mereka kembali. Dialah yang memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dia memiliki hikmah yang sempurna dan hujjah yang jelas lagi kuat.
Firman-Nya (والله بصير بالعباد) (“Dan Allah Mahamelihat akan hamba-hamba-Nya) maksudnya, Dia mengetahui siapa saja orang yang berhak mendapatkan hidayah dan siapa saja orang yang berhak mendapatkan kesesatan. Dia-lah berfirman dalam Surah Al-Anbiyaa ayat 33 yang artinya: “Tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanya.” Yang demikian itu tidak lain hanyalah karena hikmah dan rahmat-Nya.
Ayat ini dan yang semisalnya merupakan ayat yang paling jelas yang menunjukkan universalitas pengutusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada seluruh umat manusia, sebagaimana hal itu menjadi keharusan yang mesti diketahui dalam ajaran agamanya dan sebagaimana yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam banyak ayat dan hadis. Di antaranya adalah firman-Nya dalam Surah Al-A’raaf ayat 158: “Katakanlah: Wahai sekalian umat manusia, sesungguhnya aku adalah Rasul Allah yang diutus kepada kamu semua.’”
Demikian juga firman-Nya dalam Surah Al-Furqaan ayat 1 yang artinya: “Mahasuci Allah yang telab menurunkan al-Furgaan kepada hamba-Nya, agar menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” Dalam kitab Sahih Al-Bukhari dan Sahih Muslim, dan kitab-kitab lainnya, di antara hal yang mutawatir dalam berbagai macam peristiwa, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengirimkan surat-suratnya kepada para raja dan beberapa kelompok orang untuk mengajak mereka ke jalan Allah Ta’ala, baik dari kalangan bangsa Arab maupun non-Arab, baik yang pandai baca tulis maupun yang ummi, sebagai pelaksanaan atas perintah Allah Ta’ala kepadanya.
Abdurrazzaq pernah meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
"والَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأمَّةِ يَهُوديّ وَلا نَصْرَانِي، ومَاتَ وَلمَ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أرْسلتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ"
Artinya: “Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada seorang pun dari umat ini yang mendengar tentang diriku, baik Yahudi maupun Nasrani, lalu dia meninggal dunia dalam keadaan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengannya (Islam), melainkan ia termasuk penghuni Neraka.” (HR. Muslim 153)
Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas:
"يَا فُلانُ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" فَنَظَرَ إلَى أَبِيهِ، فَسَكَتَ أَبُوهُ، فأعَادَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَظَرَ إلَى أَبيهِ، فَقَالَ أبُوهُ: أطِعْ أَبَا الْقَاسِم، فَقَالَ الْغُلامُ:: أشْهَدُ أن لَا إلَهَ إِلَّا اللَّهُ وأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، فَخَرَجَ النَّبَيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ: "الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أخْرَجَهُ بِي مِنِ النَّارِ"
Artinya: “Bahwa ada seorang anak Yahudi yang biasa mengambilkan air wudhu untuk Rasulullah dan membawakan sandal beliau. Lalu anak itu jatuh sakit, maka Rasulullah menjenguknya. Beliau menemuinya, sedangkan ayahnya sedang duduk di samping kepalanya. Kemudian beliau bersabda kepadanya: `Wahai fulan, ucapkanlah “Laa ilaaHa illallaaH” Lalu anak itu melihat ke arah ayahnya dan ayahnya pun diam. Kemudian beliau mengulanginya kembali, anak itupun kembali melihat ayahnya, maka ayahnya pun mengatakan: `Taatilah Abul Qasim (Rasulullah).’ Maka anak itupun mengucapkan: `Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Allah dan engkau adalah Rasul Allah.’ Setelah itu Nabi keluar seraya berucap: `Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkannya dari Neraka melalui aku.’” (HR. Al-Bukhari 1356 dan Ahmad 3/175) Dan masih banyak lagi ayat dan hadis yang menunjukkan hal tersebut.
Komentar
Posting Komentar