وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ
لِقَوۡمِهِۦٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تَذۡبَحُواْ بَقَرَةٗۖ قَالُوٓاْ
أَتَتَّخِذُنَا هُزُوٗاۖ قَالَ أَعُوذُ بِٱللَّهِ
أَنۡ أَكُونَ مِنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ٦٧
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata, "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab, "Aku berlindung kepada Allah akan termasuk golongan orang-orang yang jahil."
Tafsir secara umumnya: “Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat yang telah Aku berikan kepada kalian berupa kejadian yang luar biasa, yaitu penyembelihan seekor sapi betina dan penjelasan tentang si pembunuh dengan sebab sapi itu. Kemudian Allah Ta’ala menghidupkan kembali orang yang terbunuh itu hingga dapat ditanya tentang siapa yang membunuhnya.”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, dari Muhammad bin Sirin, dari Ubaid Al-Salmani, ia bercerita: “Di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki mandul, tidak beranak, sedang ia mempunyai harta kekayaan melimpah, maka anak saudaranyalah (keponakannya) sebagai pewarisnya. Kemudian ia dibunuh oleh keponakannya itu. Pada malam hari mayatnya dibawa dan diletakkannya di depan pintu salah satu dari mereka (Bani Israil). Ketika pagi hari tiba, ia menuduh pemilik rumah dan warga sekitar sebagai pembunuhnya, sehingga mereka pun mengangkat senjata dari saling menyerang. Beberapa orang yang mempunyai pikiran bijak berkata, ‘Mengapa kalian saling membunuh, padahal ada Rasul Allah di tengah-tengah kalian?’ Mereka pun mendatangi Musa ‘alaihi as-salam dan menceritakan peristiwa tersebut kepadanya. Musa pun berkata dengan ayat ini.”
Ubaid As-Salmani mengatakan, “Seandainya mereka tidak menentang, pasti akan cukup bagi mereka sapi apa saja meskipun yang paling buruk, namun mereka mempersulit diri, maka Allah Ta’ala pun mempersulit mereka sehingga mereka sampai pada sapi yang mereka diperintah menyembelihnya. Akhirnya mereka menemukan sapi itu pada seseorang yang tidak mempunyai sapi lain kecuali sapi betina itu. Si pemilik sapi itu berkata, ‘Demi Allah, aku tidak akan melepaskan sapi itu jika harganya kurang dari emas sepenuh kulitnya.” Maka mereka pun menyembelihnya dengan harga senilai emas sepenuh kuliat sapi tersebut. Kemudian mereka menyembelihnya dan memukul mayat orang tadi dengan bagian tubuh sapi itu, maka bangunlah orang yang sudah mati itu. Setelah itu mereka bertanya, ‘Siapakah yang membunuhmu?’ Ia menjawab, ‘Orang ini,’ sambil menunjuk kepada anak saudaranya tersebut. Kemudian ia pun terkulai dan mati kembali. Maka keponakannya itu tidak diberi warisan sedikit pun dari kekayaannya. Sejak itulah seorang pembunuh tidak berhak mendapatkan warisan dari orang yang dibunuhnya.” Hadis seperti ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ayub, dari Muhammad bin Sirin, dari Ubaidah.
Komentar
Posting Komentar