Cari keripik pisang klik disini Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 26-28‎ Langsung ke konten utama

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 26-28‎


Ayat ke-26:‎
ان الله لا یستحیی ان یضرب مثلا ما بعوضة فما فوقها فأما الذین آمنوا ‏فیعلمون أنه الحق من ربهم و أما الذین کفروا فیقولون ماذا اراد الله بهذا ‏مثلا یضل به کثیرا و یهدی به کثیرا و ما یضل به الا الفسقین
Sesungguhnya Allah tidak segan-segan membuat perumpamaan nyamuk ‎atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka ‎mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi yang ‎kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk ‎perumpamaan?‎‏ ‏Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan ‎Allah dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberinya ‎petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang ‎fasik.‎‏"‏

Orang-orang yang menentang Islam tidak mampu membikin kitab tandingan ‎Al-Quran, mereka tidak memiliki kekuatan logika seperti logika Al-Quran. ‎ُSeluruh perumpamaan Al-Quran bagi mereka dipandang sangat rendah dan ‎berkata, Ya Allah perumpamaan yang kau bikin seperti perbuatan manusia ‎bukan perbuatan Tuhan. Sebagai Tuhan sungguh sangat jelek membikin ‎perumpamaan seperti laba-laba atau lalat. Perumpamaan seperti ini sungguh ‎tidak sesuai dengan kedudukan sebagai Tuhan. Para penentang Islam yang ‎pada dasarnya tidak mengakui keberadaan Tuhan, ucapan tersebut tidak ‎memiliki tujuan selain berupaya meragukan dan menggoncang umat Islam ‎akan kebenaran Al-Quran dan Nabi serta iman mereka. ‎
Pada dasarnya tidak semua perumpamaan Al-Quran demikian sebab pada ‎ayat sebelumnya Allah telah mengibaratkan orang-orang munafik dengan ‎seorang musafir dalam sebuah jalan yang penuh dengan berbagai bahaya, ‎baik bumi maupun langit, sementara untuk melanjutkan perjalanannya tidak ‎memiliki penerang sama sekali.‎
Ayat ke-27:‎
الذین ینقضون عهد الله من بعد میثاقه و یقطعون ما امر الله به ان یوصل ‏و یفسدون فی الارض اولئک هم الخسرون
Yaitu orang-orang yang melanggar janji Allah setelah ia ditetapkan, dan ‎memutus apa yang diperintahkan oleh Allah untuk menyambungnya, dan ‎membuat kerusakan di muka bumi, mereka itulah orang-orang yang merugi.‎

Setelah ayat sebelumnya berbicara tentang kesesatan orang-orang fasik, ‎maka ayat ini menjelaskan tiga ciri-ciri mereka itu.‎
Pertama, mereka adalah orang-orang yang suka menginjak-injak perjanjian ‎dengan Allah dan hanya mengikuti keinginan-keinginan hawa nafsu mereka. ‎Yang dimaksud dengan perjanjian Allah di dalam ayat ini ialah suatu bentuk ‎perjanjian takwini (penciptaan) bukan tasyri'I (pensyariatan). Yaitu, Allah swt ‎telah menciptakan fitrah di dalam diri setiap manusia, di mana melalui hidayah ‎fitrah tersebut, manusia dapat mengenali kebaikan dan keburukan, kebenaran ‎dan kebatilan. Dengan fitrah itu pula setiap orang memiliki kesiapan untuk ‎menerima seruan para Rasul yang diutus oleh Allah kepada mereka. ‎
Kedua, Ketika Allah swt memerintahkan agar mereka menjalin hubungan ‎yang baik, termasuk hubungan keagamaan dengan para pemimpin Ilahi, juga ‎hubungan sosial dengan orang-orang mukmin, serta hubungan kekeluargaan ‎dengan kaum kerabat dan sanak keluarga; orang-orang fasik justru memutus ‎dan merusak hubungan-hubungan tersebut. ‎
Ketiga, mereka menyebarkan kerusakan dan kekejian di muka bumi ini ‎dengan kefasikan dan perbuatan-perbuatan dosa mereka. Mungkin mereka ‎mengira bahwa perbuatan dosa adalah perkara pribadi dan dampak-‎dampaknya berkaitan dengan dirinya sendiri. Padahal segala bentuk ‎pengaruh sosial dari perbuatan dosa tidak lebih kecil dari pada pengaruh-‎pengaruh pribadi karena perbuatan-perbuatan dosa tersebut secara perlahan ‎dan bertahap akan menyeret masyarakat kepada kerusakan.‎
Jelas sekali bahwa seseorang yang tidak mempedulikan perjanjian-perjanjian ‎Ilahi dan hubungan-hubungan sosial, lalu berbuat sekehendak hatinya, maka ‎orang ini pasti akan menimpakan kerugian bagi diri sendiri. Dengan ‎melepaskan seluruh modal materi dan maknawinya, maka tak ada hal lain ‎yang ia dapatkan kecuali kesengsaraan, kerugian dan kebinasaan.

Dari dua ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Pelanggaran perjanjian tidak sejalan dengan ketaatan beragama. Seorang ‎mukmin tidak akan pernah melanggar perjanjiannya walaupun dengan orang-‎orang kafir. Lalu bagaimana ia menginjak-injak perjanjian dengan Allah.‎
‎2. Menentang seruan fitrah, membuka jalan bagi perbuatan dosa dan pada ‎akhirnya menciptakan kerusakan di muka bumi. ‎
‎3. Kerugian yang sesungguhnya ialah musnahnya modal usia dan pikiran, ‎akibat pelanggaran-pelanggaran terhadap panggilan fitrah dan syareat. ‎
‎4. Sesuai dengan ayat 124 Surah Al-Baqarah disebutkan, ...., maka ‎kepemimpinan ilahi merupakan janji Allah dan menurut ayat ini pula, ‎pelanggaran terhadap janji Allah tersebut merupakan ciri-ciri munafik. ‎
‎5. Islam menganjurkan manusia menjalin hubungan dengan sesama, bukan ‎pemutusan hubungan. Oleh sebab itu, silaturrahmi dan saling kunjung antar ‎keluarga dan kerabat, terutama kedua orang tua, selalu mendapat perhatian ‎dan penekanan di dalam Islam. ‎
‎6. Islam menentang sikap atau perbuatan mengucilkan diri dan menjauh dari ‎masyarakat. Islam selalu menganjurkan kepada para pengikutnya untuk aktif ‎hadir di tengah-tengah masyarakat, melaksanakan shalat berjamaah ‎termasuk shalat Jum'at, menjenguk orang sakit, menyantuni orang fakir dan ‎miskin, serta memperhatikan keadaan para tetangga. Di dalam berbagai ‎riwayat Islam, banyak terdapat anjuran-anjuran untuk silaturrahmi. Berikut ini ‎disebutkan sebagiannya secara singkat.
"Kunjungilah sanak keluarga kalian, karena hal itu akan menjauhkan kefakiran dari kalian, memperluas rezeki dan memberkahi usia kalian." 

"Peliharalah silaturrahmi meskipun dengan orang-orang yang tidak peduli
terhadap kalian atau dengan orang-orang yang meskipun orang tersebut ‎bukan orang yang baik." 


‎"Peliharalah silaturrahmi meskipun kalian terpaksa berjalan selama setahun ‎atau kalian hanya mempunyai peluang sekedar memberi salam atau waktu yang sedikit sekedar meneguk air." 


‎"Silaturrahmi meringankan kematian dan perhitungan di hari kiamat dan
menyebabkan seseorang memperoleh kedudukan istimewa di surga." ‎
‎ ‎ ‎ ‎
Ayat ke-28:‎
کیف تکفرون بالله و کنتم امواتا فأحیاکم ثم یمیتکم ثم یحییکم ثم الیه ‏ترجعون
Bagaimana mungkin kalian mengingkari wujud Allah sedangkan sebelum ini ‎kalian mati lalu Dia menghidupkan kalian kemudian kembali Dia akan ‎mematikan kalian, lalu kalian akan dikembalikan kepada-Nya.‎

Sebaik-baik cara mengenal Allah ialah berpikir dan memperhatikan ‎penciptaan manusia dan alam semesta. Merenungi dua fenomena, kehidupan ‎dan kematian membuat manusia menyadari akan hakikat ini yaitu, jika ‎kehidupan ini datang dari diriku sendiri, tentu aku akan hidup selamanya. ‎Padahal sebelum ini aku tiada, lalu ada, kemudian kehidupan ini akan ‎terenggut dariku. Sebelum ini sama seperti batu, kayu dan benda-benda mati ‎lain, kita adalah makhluk-makhluk tak bernyawa. Angin kehidupan yang Allah ‎tiupkan, memberi jiwa dan ruh kepada kita dan kita pun diberi kemampuan ‎memahami dan berpikir tentang segala sesuatu. Oleh karena itu nikmat Ilahi ‎yang terbesar ialah kehidupan yang Dia berikan kepada kita ini. ‎
Dengan itulah maka manusia dapat mencapai berbagai kemajuan ilmu ‎pengetahuan, akan tetapi tetap saja manusia tak mampu menangkap rahasia-‎rahasia alam ciptaan Allah yang amat luas dan hebat ini. Akan tetapi bukan ‎hanya kelahiran dan kehidupan berada di tangan Allah. Kematian kita pun ‎berada di tangan-Nya. Kita tidak datang ke dunia ini dengan kehendak kita ‎sendiri sehingga kita dapat meninggalkan dunia ini dengan kehendak kita ‎sendiri pula. Dia-lah yang menghidupkan dan dialah yang mematikan. ‎Diantara yang demikian itu, hanya amal perbuatan kitalah yang berada di ‎bawah kehendak kita.‎
Dengan demikian bagaimana mungkin kita mengingkari wujud Allah yang ‎awal dan akhir hidup kita berada di tangan-Nya? Bagaimana mungkin pula ‎kita mengingkari kehidupan kembali setelah mati, dan mengatakan bahwa ‎yang demikian itu tak mungkin terjadi karena manusia sudah musnah di telan ‎bumi? Karena sesungguhnya pemberian kehidupan yang kedua kalinya, kalau ‎kita pikir tentulah mudah bagi Allah dibanding pemberian kehidupan yang ‎pertama, atau minimal sama saja. Bagaimana mungkin, Allah yang telah ‎memberi kehidupan kepada kita yang berada di dalam ketiadaan sebelumnya ‎tidak mampu memberikan kehidupan untuk yang kedua kalinya?

Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Di antara cara-cara pemberian bimbingan dan petunjuk Al-Quran ialah ‎pengajuan pertanyaan kepada akal dan fitrah manusia sehingga dengan ‎berpikir dan merenung, manusia akan memahami hakekat-hakekat dan ‎menerimanya bukan hanya karena taklid buta.‎
‎2. Fenomena kehidupan merupakan bukti keberadaan Allah dan fenomena ‎kematian merupakan bukti adanya hari kebangkitan.‎
‎3. Pengenalan diri merupakan pengantar bagi pengenalan Allah. Jika ‎seseorang mengenali hakikat dirinya, maka ia pun akan mengetahui ‎keberadaan Allah. Karena dengan demikian ia akan memahami bahwa dirinya ‎tidak memiliki apa-apa, dan segala sesuatu ini datangnya dari Dia yang Maha ‎Kuasa.‎
‎4. Akhir perjalanan kesempurnaan manusia ialah pertemuan dengan Allah ‎dan kembali kepada sumber kehidupan serta pusat segala nikmat.‎
‎5. Kematian bukanlah akhir kehidupan, bahkan ia adalah awal kehidupan ‎yang sesungguhnya, dan gerak menuju ke arah Allah.‎
‎6. Orang-orang kafir yang tidak memiliki bukti untuk menolak adanya hari ‎kebangkitan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan ‎kehidupan setelah kematian dengan tujuan menciptakan keragu-raguan. Akan ‎tetapi, dengan mengajukan pertanyaan yaitu: dari manakah awal 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Isi Tafsir Al-Quran dan Asbabun Nuzul

Cari keripik pisang klik disini SURAH AL-BAQARAH AYAT 01 AYAT 02 AYAT 03 AYAT 04 AYAT 05 AYAT 06 AYAT 07 AYAT 08 AYAT 09 AYAT 10 AYAT 11 AYAT 12 AYAT 13 AYAT 14 AYAT 15 AYAT 16 AYAT 17 AYAT 18 AYAT 19 AYAT 20 AYAT 21 AYAT 22 AYAT 23 AYAT 24 AYAT 25 AYAT 26,27,28 AYAT 29 AYAT 30 AYAT 31 AYAT 32 AYAT 33 AYAT 34 AYAT 35 AYAT 36 AYAT 37 AYAT 38 AYAT 39 AYAT 40 AYAT 41 AYAT 42 AYAT 43 AYAT 44 AYAT 45 AYAT 46 AYAT 47 AYAT 48 AYAT 49 AYAT 50 AYAT 51 AYAT 52 AYAT 53 AYAT 54 AYAT 55 AYAT 56 AYAT 57 AYAT 58 AYAT 59 AYAT 60 AYAT 61 AYAT 62 AYAT 63 AYAT 64 AYAT 65 AYAT 66 AYAT 67 AYAT 68 AYAT 69 AYAT 70 AYAT 71 AYAT 72 AYAT 73 AYAT 74 AYAT 75 AYAT 76 AYAT 77 AYAT 78 AYAT 79 AYAT 80 AYAT 81 AYAT 82 AYAT 83 AYAT 84 AYAT 85 AYAT 86 AYAT 87 AYAT 88 AYAT 89 AYAT 90 AYAT 91 AYAT 92 AYAT 93 AYAT 94 AYAT 95 AYAT 96 AYAT 97 AYAT 98 AYAT 99 AYAT 100 AYAT 101 AYAT 102 AYAT 103 AYAT 104 AYAT 105 AYAT 106 AYAT 107 AYAT 108 AYAT 109 AYAT 110 AYAT 111 AYAT 112 AYAT 113 AYAT 114 AYAT 115 AYAT 116 AYAT 117 AYAT 1

ASBABUN NUZUL JUZ 'AMMA

Cari keripik pisang klik disini Daftar Isi Surah An-naba Surah an-Naazi’aat Surah ‘Abasa Surah at-Takwiir   Surah al-Infithaar Surah al-Muthaffifiin   Surah ath-Thaariq   Surah al-A’laa   Surah al-Ghaasyiyah Surah al-Fajr Surah al-Lail   Surah adh-Dhuha Surah al-Insyiraah Surah at-Tiin Surah al-’Alaq   Surah al-Qadr   Surah az-Zilzal   Surah al-’Aadiyaat Surah at-Takaatsur   Surah al-Humazah   Surah Quraisy   Surah al-Maa’uun   Surah al-Kautsar   Surah al-Kaafiruun   Surah an-Nashr Surah al-Lahab   Surah al-Ikhlas Surah al-Falaq dan  Surah an-Naas   SURAH AN NABA Surah An naba yaitu firman Allah ta’ala, “Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya ? Tentang berita yang besar (hari berbangkit).” (an-Naba’: 1-2) Sebab Turunnya Ayat Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Hasan yang berkata, “Ketika Rasulullah diutus, mereka (orang-orang kafir Quraisy) saling bertanya di antara mereka. Allah lalu menurunkan ayat ini.”

Daftar Isi Tafsir Al-Quran dan Asbabun Nuzul Surah ali Imron

Cari keripik pisang klik disini SURAH ALI IMRAN AYAT 01 AYAT 02 AYAT 03 AYAT 04 AYAT 05 AYAT 06 AYAT 07 AYAT 08 AYAT 09 AYAT 10 AYAT 11 AYAT 12 AYAT 13 AYAT 14 AYAT 15 AYAT 16 AYAT 17 AYAT 18 AYAT 19 AYAT 20 AYAT 21 AYAT 22 AYAT 23 AYAT 24 AYAT 25 AYAT 26 AYAT 27 AYAT 28 AYAT 29 AYAT 30 AYAT 31 AYAT 32 AYAT 33 AYAT 34 AYAT 35 AYAT 36 AYAT 37 AYAT 38 AYAT 39 AYAT 40 AYAT 41 AYAT 42 AYAT 43 AYAT 44 AYAT 45 AYAT 46 AYAT 47 AYAT 48 AYAT 49 AYAT 50 AYAT 51 AYAT 52 AYAT 53 AYAT 54 AYAT 55 AYAT 56 AYAT 57 AYAT 58 AYAT 59 AYAT 60 AYAT 61 AYAT 62 AYAT 63 AYAT 64 AYAT 65 AYAT 66 AYAT 67 AYAT 68 AYAT 69 AYAT 70 AYAT 71 AYAT 72 AYAT 73 AYAT 74 AYAT 75 AYAT 76 AYAT 77 AYAT 78 AYAT 79 AYAT 80 AYAT 81 AYAT 82 AYAT 83 AYAT 84 AYAT 85 AYAT 86 AYAT 87 AYAT 88 AYAT 89 AYAT 90 AYAT 91 AYAT 92 AYAT 93 AYAT 94 AYAT 95 AYAT 96 AYAT 97 AYAT 98 AYAT 99 AYAT 100 AYAT 101 AYAT 102 AYAT 103 AYAT 104 AYAT 105 AYAT 106 AYAT 107 AYAT 108 AYAT 109 AYAT 110 AYAT 111 AYAT 112 AYAT 113 AYAT 114 AYAT 115 AYAT 116 AYAT 11
diberdayakan oleh Saepul