بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
الٓمّٓۚ﴿۱﴾ ذٰ لِكَ الۡڪِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ﴿۲﴾ الَّذِيۡنَ يُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَيۡبِ وَ يُقِيۡمُوۡنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقۡنٰهُمۡ يُنفِقُونَ﴿۳﴾ وَالَّذِيۡنَ يُؤۡمِنُوۡنَ بِمَۤا اُنۡزِلَ اِلَيۡكَ وَمَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِكَۚ وَبِالۡاٰخِرَةِ هُمۡ يُوۡقِنُوۡنَؕ ﴿۴
Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Alif laam miim (S. 2:1)
Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (S. 2:2)
(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (S. 2:3)
Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (S. 2:4)
اُولٰٓٮِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنۡ رَّبِّهِمۡ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ﴿۵﴾ اِنَّ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَهُمۡ اَمۡ لَمۡ تُنۡذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ﴿۶﴾ خَتَمَ اللّٰهُ عَلَىٰ قُلُوۡبِهِمۡ وَعَلٰى سَمۡعِهِمۡؕ وَعَلٰىٓ اَبۡصَارِهِمۡ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيۡمٌ ﴿۷﴾ وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَمَا هُمۡ بِمُؤۡمِنِيۡنَۘ﴿۸﴾ يُخٰدِعُوۡنَ اللّٰهَ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ وَمَا يَخۡدَعُوۡنَ اِلَّاۤ اَنۡفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُوۡنَؕ﴿۹﴾ فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ۚ وَّلَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌ بِمَا كَانُوۡا يَكۡذِبُوۡنَ﴿۱۰﴾ وَاِذَا قِيۡلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُوۡا فِىۡ الۡاَرۡضِۙ قَالُوۡاۤ اِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُوۡنَ ﴿۱۱﴾ اَلَا ۤ اِنَّهُمۡ هُمُ الۡمُفۡسِدُوۡنَ وَلٰـكِنۡ لَّا يَشۡعُرُوۡنَ ﴿۱۲
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (S. 2:5)
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. (S. 2:6)
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (S .2:7)
Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (S. 2:8)
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (S .2:9)
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan merka berdusta. (S. 2:10)
Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat rusakan dimuka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. (S. 2:11)
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (S. 2:12)
اَوۡ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَآءِ فِيۡهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعۡدٌ وَّبَرۡقٌ ۚ يَجۡعَلُوۡنَ اَصَابِعَهُمۡ فِىۡۤ اٰذَانِهِمۡ مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الۡمَوۡتِؕ وَاللّٰهُ مُحِيۡطٌۢ بِالۡكٰفِرِيۡنَ ﴿۱۹﴾ يَكَادُ الۡبَرۡقُ يَخۡطَفُ اَبۡصَارَهُمۡؕ كُلَّمَاۤ اَضَآءَ لَهُمۡ مَّشَوۡا فِيۡهِ وَاِذَاۤ اَظۡلَمَ عَلَيۡهِمۡ قَامُوۡاؕ وَلَوۡ شَآءَ اللّٰهُ لَذَهَبَ بِسَمۡعِهِمۡ وَاَبۡصَارِهِمۡؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ ﴿۲۰
Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat ; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. (S. 2:19)
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan dibawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah mengehendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungghunya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (S. 2:20)
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa empat ayat pertama dari surat
al-Baqarah (S. 2 : 2, 3, 4, 5) membicarakan sifat-sifat dan perbuatan
Kaum Mu`minin, dan dua ayat berikutnya (S. 2 :6, 7) tentang kaum kafirin
yang menegaskan, bahwa hati, pendengaran dan penglihatan mereka
tertutup – diperingatkan atau tidak diperingatkan, mereka tetap tidak
ada beriman — ; dan tiga belas ayat selanjutnya lagi (S. 2 : 8 s/d 20)
menegaskan ciri-ciri, sifat dan kelakuan kaum munafiqin.
*Diriwayatkan oleh al-Faryabi dan Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa firman Allah “Innalladzina kafaru sawa-un `alaihim sampai walahum adzabun `adhim”
(S. 2 : 6,7) diturunkan tentang kaum yahudi Madinah yang menjelaskan
bahwa mereka itu walaupun diperingatkan, tetap tidak akan beriman.
*Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin
Abi `Ikrimah dari Sa`id bin Jubair yang bersumber dari Ibnu Abbas.
Dalam riwayat lain dikemukakan, bahwa dua ayat itu (S. 2 :6,7) diturunkan didalam peperangan al-Ahzab 1 ).
*Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ar-Rabi` dari Anas.
Mengenai firman Allah Waidza laqulladzina amanu…….(S.
2 : 14) diturunkan tentang Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya, dalam
peristiwa sebagai berikut: Pada suatu hari disaat mereka bertemu dengan
beberapa sahabat Nabi saw. Abdullah bin Ubay berkata kepada
teman-temannya : “Lihatlah, bagaimana caranya aku mempermainkan mereka
yang bodoh-bodoh itu!”. Ia pun mendekat dan menjabat tangan Abu Bakar
sambil berkata : “Selamat penghulu Bani Taim dan Syaikhul Islam dan
orang kedua beserta Rasulullah di Gua (Tsaur) yang mengurbankan jiwa dan
harta bendanya untuk Rasulullah”. Kemudian ia menjabat tangan `Ali bin
Abi Thalib sambil berkata : “Selamat saudara sepupu Rasulullah,
mantunya, dan penghulu Bani Hasyim sesudah Rasulullah”. Setelah itu
mereka berpisah dan berkatalah Abdullah bin Ubay kepada kawan-kawannya.
“Sebagaimana kamu lihat perbuatanku tadi, jika kamu bertemu pada mereka,
berbuatlah seperti apa yang telah kulakukan”. Kawan-kawannya pun
memuji-muji Abdullah bin Ubay. Setibanya Kaum Muslimin (Abu Bakar, Umar
bin Ali) kepada Nabi saw. mereka memberitahukan peristiwa tadi. Maka
turunlah ayat tersebut diatas (S. 2 : 14) Ayat ini membukakan kepalsuan
golongan munafik didalam menghadapi Kaum Muslimin.
*Diriwayatkan oleh al-Wahidi dan at-Tsa`labi dari Muhammad bin
Marwan dan as-Suddi as-Shaghir dari al-Kalbi dari Abi Shaleh yang
bersumber dari Ibnu Abbas.
Sanad riwayat ini dha`if (sangat lemah) karena as-Suddi as-Shaghir pendusta, begitu juga al-Kalbi dan Abi Shaleh dha`if.
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa dua orang munafiq Madinah lari dari Rasulullah kepada kaum musyrikin. Di jalan ditimpa hujan (sebagaimana ditengkan dalam S. 2 : 19,20, bahwa hujan tersebut mengandung guruh yang dahsyat, petir, dan kilat). Tiap kali ada petir mereka menutup telinganya dengan jari, karena takut memekakkan telinganya, dan mati karenanya. Apabila kilat bersinar, mereka berjalan, dan apabila tiada sinar kilat, mereka tidak dapat melihat. Mereka kembali kejalan semula untuk pulang dan menyesali perbuatan mereka dan keesokan harinya mereka menghadap kepada Rasulullah saw. menyerahkan diri masuk Islam dengan sebaik-baiknya. Allah mengumpamakan kejadian dua orang munafiq ini kepada kaum munafiqin lainnya yang ada di Madinah. Apabila menghadiri majlis Rasulullah saw. mereka menutup telinga dengan jarinya karena takut terkena oleh sabda Rasulullah yang menerangkan hal ihwal mereka sehingga terbongkarlah rahasianya, atau mereka jadi tunduk, karena terpikat hatinya. Perbandingkan antara kedua orang munafiq dengan munafiqin Madinah ialah :
- Kedua orang munafiq menutup telinganya karena takut mendengar guruh yang memekakkan, dan apabila kilat bersinar mereka berjalan. Sedang kaum munafiqin Madinah menutup telinga karena takut terkena sabda Rasul, akan tetapi disaat banyak harta, anak buah dan mendapat ghanimah atau kemenangan, mereka ikut serta dengan Kaum Muslimin dan berkata : “Nyatalah sekarang benarnya Agama Muhammad itu”, dan mereka merasa tenteram.
- Kedua orang munafiq apabila tiada cahaya kilat, mereka berhenti dan tertegun. Sedang kaum munafiqin Madinah apabila habis bertanya, anah buahnya dan terkena musibat, mereka berkata : “ Inilah akibat Agma Muhammad”, mereka kembali murtad dan kufur.
*Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Mas`ud dan beberapa orang sahabat lainnya.
1) Perang Ahzab terjadi pada tahun ke 5 Hijriyah, berupa serangan umum yang memperlihatkan kekuatan angkatan perang kaum musyrikin menyerbu kota Madinah. (Abdullah Dahlan: Zubdatus Sirotin – Nabawiyyah jilid II penerbit al-Muniriah Kairo 1356 H. Hal. 87).
Komentar
Posting Komentar