BISMILLAHIRROHMANIRROHIM
وَإِذۡ
قُلۡنَا ٱدۡخُلُواْ هَٰذِهِ ٱلۡقَرۡيَةَ فَكُلُواْ مِنۡهَا حَيۡثُ شِئۡتُمۡ
رَغَدٗا وَٱدۡخُلُواْ ٱلۡبَابَ سُجَّدٗا وَقُولُواْ حِطَّةٞ نَّغۡفِرۡ لَكُمۡ
خَطَٰيَٰكُمۡۚ وَسَنَزِيدُ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٥٨
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman, "Masuklah kalian ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya yang banyak lagi enak di mana yang kalian sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah, "Bebaskanlah kami dari dosa," niscaya Kami ampuni- kesalahan-kesalahan kalian. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Ayat ini ditujukan untuk mencela mereka, karena mereka menolak untuk berjihad dan memasuki Tanah Suci (Baitul Maqdis) ketika tiba dari Mesir bersama Musa ‘alaihi as-salam. Allah Ta’ala memerintahkan mereka untuk memasuki Tanah Suci yang merupakan warisan dari nenek moyang mereka, Israil (Ya’qub). Juga untuk memerangi kaum Amalik yang kafir, namun mereka menolak berperang, dan bersikap lemah dan lesu. Maka Allah Ta’ala mencampakkan mereka ke tengah padang sahara yang menyesatkan sebagai hukuman bagi mereka sebagaimana disebutkan Allah Ta’ala dalam Surah Al-Maidah. Oleh karena itu di antara dua pendapat mengenai hal itu, yang paling tepat adalah pendapat yang menyatakan bahwa negeri itu adalah Baitul Maqdis, sebagaimana yang telah disebutkan oleh As-Suddi, Rabi’ bin Anas, Qatadah, Abu Muslim Al-Isfahani dan lain-lainnya. Berkisah mengenai Musa ‘alaihi as-salam, firman Allah Ta’ala dalam Surah Al-Maidah ayat 21 yang artinya: “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci yang telah ditentukan oleh Allah bagi kalian, dan janganlah kalian lari ke belakang.”
Peristiwa ini terjadi setelah mereka berhasil keluar dari padang pasir, di mana mereka sempat mendekam selama 40 tahun bersama Yusra bin Nun. Kemudian Allah Ta’ala membukakan negeri itu bagi mereka pada sore hari Jumat. Pada hari itu perjalanan matahari ditahan sebentar (oleh Allah Ta’ala) hingga akhirnya mereka mendapatkan kemenangan. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan mereka memasuki pintu negeri itu (Baitul Maqdis) sambil bersujud, sebagai pernyataan syukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat yang telah diberikan kepada mereka, berupa kemenangan, pertolongan dan kembalinya negeri mereka, serta selamatnya mereka setelah tersesat di padang Sahara.
Firman-Nya (وادخلوا الباب سجدا) menurut Al-Aufi dalam kitab tafsirnya,
diriwayatkan dari Ibnu Abbas, artinya sambil rukuk. Menurut Ibnu Jarir,
dari Ibnu Abbas, artinya sambil rukuk dari pintu kecil. Demikian
diriwayatkan Al-Hakim dari Sufyan. Juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim
dari Sufyah Ats-Tsauri, dengan tambahan, “Maka mereka masuk dengan
membelakangi (mundur) dari arah pantat mereka.” Khashif meriwayatkan
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, katanya: “Pintu tersebut menghadap ke
arah kiblat.” Ibnu Abbas, Mujahid, As-Suddi, Qatadah dan Adh-Dhahhak
mengatakan, pintu Hittha termasuk pintu Elia Baitul Maqdis. As-Suddi
meriwayatkan dari Sa’id Al-Azadi, dari Abu Kanud, dari Abdullah bin
Mas’ud, dikatakan kepada mereka, “Masukilah pintu gerbangnya sembari
bersujud.” Maka mereka pun masuk dengan mengangkat kepala mereka, yang
jelas itu bertentangan dengan apa yang diperintahkan kepada
mereka. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Artinya: “Telah menceritakan kepadaku Muhammad Telah menceritakan kepada kami 'Abdur Rahman bin Mahdi dari Ibnu Al Mubarak dari Ma'mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Dikatakan kepada Bani Israil: 'Masuklah kalian pintu itu dengan keadaan sujud dan Katakanlah: 'Hitthah' (ampunilah dosa-dosa) niscaya Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kalian. Lalu mereka memasuki pintu itu dan mengganti apa yang telah diperintahkan kepada mereka seraya merangkak di atas pantat-pantat mereka dan mereka berkata: 'Hiththah adalah Habbah (biji) dalam tepung." (HR. Al-Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi mengatakan hadis ini hasan sahih)
حَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
بْنُ مَهْدِيٍّ، عَنِ ابْنِ المُبَارَكِ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ هَمَّامِ بْنِ
مُنَبِّهٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " قِيلَ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ: {ادْخُلُوا
البَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ} [البقرة: 58]. فَدَخَلُوا يَزْحَفُونَ عَلَى
أَسْتَاهِهِمْ، فَبَدَّلُوا، وَقَالُوا: حِطَّةٌ، حَبَّةٌ فِي شَعَرَةٍ "
Artinya: “Telah menceritakan kepadaku Muhammad Telah menceritakan kepada kami 'Abdur Rahman bin Mahdi dari Ibnu Al Mubarak dari Ma'mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Dikatakan kepada Bani Israil: 'Masuklah kalian pintu itu dengan keadaan sujud dan Katakanlah: 'Hitthah' (ampunilah dosa-dosa) niscaya Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kalian. Lalu mereka memasuki pintu itu dan mengganti apa yang telah diperintahkan kepada mereka seraya merangkak di atas pantat-pantat mereka dan mereka berkata: 'Hiththah adalah Habbah (biji) dalam tepung." (HR. Al-Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi mengatakan hadis ini hasan sahih)
Firman-Nya (وقولوا حطة) menurut Sufyah Ats-Tsauri mengatakan, “Artinya, memohonlah ampunan.” Hal senada juga diriwayatkan dari Atha’, Al-Hasan Al-Bashri, Qatadah dan Ar-Rabi’ bin Anas. Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Katakanlah hal ini adalah sebagaimana yang dikatakan kepada kalian.” Sedang Ikrimah mengatakan: “Katakanlah (لا إله الا الله ) tiada Ilah selain Allah.”
Firman-Nya (تغفر لكم خطاياكم وسنزيد المحسنين) menurut Qatadah, ini merupakan jawaban atas perintah sebelumnya. Artinya, jika kalian mengerjakan apa yang Kami perintahkan, maka Kami akan mengampuni kesalahan-kesalahan kalian dan kami lipat gandakan kebaikan atas kalian. Intinya, mereka diperintahkan untuk tunduk kepada Allah Ta’ala ketika memperoleh kemenangan, baik dalam perbuatan maupun ucapan. Selain itu hendaklah mereka mengakui dosa-dosa yang telah diperbuatnya, memohon ampunan atasnya, mensyukuri nikmat, serta bersegera melakukan semua perbuatan yang disukai Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya dalam Surah An-Nasr ayat 1-3 yang artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondongbondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” Sebagian sahabat menafsirkannya dengan banyak berzikir dan istighfar ketika mendapat pertolongan dan kemenangan. Sedangkan Ibnu Abbas menafsirkan, bahwa hal itu merupakan pemberitahuan tentang akhir ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada beliau, dan hal itu dibenarkan oleh Umar bin Khaththab
Komentar
Posting Komentar