Cari keripik pisang klik disini Surah Al-Baqarah Ayat 41 (Tafsir Ibnu Katsir dan Asbabun Nuzul) Langsung ke konten utama

Surah Al-Baqarah Ayat 41 (Tafsir Ibnu Katsir dan Asbabun Nuzul)




وَءَامِنُواْ بِمَآ أَنزَلۡتُ مُصَدِّقٗا لِّمَا مَعَكُمۡ وَلَا تَكُونُوٓاْ أَوَّلَ كَافِرِۢ بِهِۦۖ وَلَا تَشۡتَرُواْ بِ‍َٔايَٰتِي ثَمَنٗا قَلِيلٗا وَإِيَّٰيَ فَٱتَّقُونِ ٤١

Artinya: “Dan berimanlah kalian kepada apa yang telah Aku turunkan (Al-Qur'an) yang membenarkan apa yang ada pada kalian (Taurat) dan janganlah kalian menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kalian menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kalian harus bertakwa.”

Firman-Nya (وآمنوا بما أنزلت مصدقا لما معكم) artinya, wahai sekalian ahlul kitab, berimanlah kepada kitab yang telah Aku turunkan, yang membernarkan apa yang ada pada kalian. Yang demikian itu karena mereka mendapatkan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tertulis di dalam kitab Taurat dan Injil yang ada pada mereka.

Firman-Nya (و لا تكونوا أول كافر به) menurut sebagian mufasir bahwa satu kelompok yang pertama kali kafir terhadapnya. Ibnu Abbas mengatakan: “Artinya, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali kafir terhadapnya sedang kalian memiliki pengetahuan tentang hal itu yang tidak dimiliki oleh orang lain.” Abu Al-‘Aliyah mengatakan, artinya, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali kafir kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dari golongan ahli kitab setelah kalian mendengar pengutusannya. Demikian juga yang dikemukakan oleh Al-Hasan Al-Bashri, As-Suddi dan Rabi’ bin Anas. Dan yang menjadi pilihan Ibnu Jarir bahwa dhamir (kata ganti) dalam lafaz ‘biihi’ itu kembali kepada Alquran yang telah disebutkan pada firman-Nya sebelumnya. Kedua pendapat tersebut benar, sebab keduanya saling berkaitan. Karena orang kafir terhadap Alquran berarti dia telah kafir kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan orang kafir kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berarti telah kafir kepada Alquran.

Ada yang mengartikan, yaitu orang yang pertama kali kafir kepadanya dari Bani Israil. Karena banyak orang yang telah kafir sebelum mereka, yakni orang-orang kafir Quraisy dan suku Arab. Dan yang dimaksud dengan orang yang pertama kali kafir kepadanya adalah orang dari kalangan Bani Israil. Karena orang Yahudi Madinah merupakan Bani Israil yang pertama kali menjadi sasaran Allah Ta’ala dalam Alquran. Maka kekafiran mereka kepadanya menunjukkan bahwa mereka adalah yang pertama kali kafir kepadanya dari bangsa mereka.

Firman-Nya (ولا تشتروا بآياتي ثمنا قليلا) artinya, janganlah kalian menukar iman kalian kepada ayat-ayat-Ku dan pembenaran terhadap Rasul-Ku dengan dunia dan segala isinya yang menggiurkan, karena ia merupakan suatu yang sedikit lagi binasa (tidak kekal). Sebagaimana diriwayatkan Abdullah bin Al-Mubarak, dari Abd Ar-Rahman bin Zaid bin Jabir, dari Harun bin Yazid, bahwa Al-Hasan Al-Bashri pernah ditanya mengenai ayat ini, maka ia pun menjawab, “Harga yang murah adalah dunia dan segala isinya.” Abu Ja’far meriwayatkan dari Rabi’ bin Anas, dari Abu Al-‘Aliyah arti ayat ini adalah janganlah kalian mengambil upah dalam mengajarkannya, hal itu telah tertulis di dalam kitab mereka yang terdahulu: “Hai anak Adam ajarkan (ilmu ini) dengan cuma-Cuma sebagaimana diajarkan kepada kalian secara cuma-cuma.” Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَرُحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"

Artinya: “Barang siapa yang mempelajari suatu ilmu yang seharusnya diniatkan untuk memperoleh rida Allah, lalu ia mempelajarinya hanya untuk memperoleh sejumlah harta duniawi, niscaya ia tidak dapat mencium bau surga kelak di hari kiamat.” (HR. Abu Dawud)

Adapun mengajarkan ilmu dengan mengambil upah, jika hal itu merupakan suatu kewajiban bagi dirinya, maka tidak dibolehkan mengambil upah darinya, tetapi dibolehkan baginya menerima dari Baitul Maal guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Tetapi jika ia tidak memperoleh suatu apa pun dari pengajarannya dan hal itu menghalanginya dari mencari penghasilan, maka berarti pengajaran tersebut tidak menjadi kewajiban, dan dengan demikian dibolehkan baginya mengambil upah darinya. Demikian menurut Imam Malik, Imam Syafi’iy, Imam Ahmad dan mayoritas ulama. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Sa’id, tentang kisah orang yang tersengat kalajengking, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا كِتَابُ اللَّهِ"

Artinya: “Sesungguhnya upah yang paling berhak kalian ambil atas sesuatu jasa adalah Kitabullah.” (HR. Al-Bukhari)

Demikian juga tentang kisah seorang wanita yang dilamar, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:

"زَوَّجْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ"

Artinya: “Aku kawinkan kamu dengan dia dengan imbalan mengajarkan Al-Qur'an yang kamu kuasai (hafalannya).”

Sedangkan hadis Ubadah bin Ash-Shamit, yang mengisahkan bahwa ia pernah mengajarkan kepada salah seorang dari ahli Suffah sesuatu dari Alquran, lalu orang itu memberinya hadiah berupa busur panah. Kemudian ia menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau pun bersabda:

"إِنْ أَحْبَبْتَ أَنْ تُطَوَّقَ بِقَوْسٍ مِنْ نَارٍ فَاقْبَلْهُ"

Artinya: “Jikalau kamu kelak suka dibelit oleh busur api neraka, maka terimalah. Lalu Ubadah menolak hadiah itu.” (HR. Abu Dawud)

Maka akhirnya ia menolak pemberian busur itu. Hal serupa juga diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab secara mar’fu. Jika sanad hadis ini sahih, menurut kebanyakan para ulama, di antaranya Abu Umar bin Abdul Barr, dapat dipahami bahwa yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu yang diajarkan oleh Allah Ta’ala, sehingga tidak diperbolehkan baginya untuk menukar pahala mengajarkannya dengan busur panah. Namun, jika sejak semula ia mengajarkan ilmu dengan mengambil upah, maka hal itu dibenarkan, sebagaimana yang telah diterangkan dalam hadis-hadis sebelumnya.

Firman-Nya (وإياي فاتقون) menurut Thalq bin Habib, Ibnu Abi Hatim mengatakan:

التَّقْوَى أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللَّهِ رَجَاءَ رَحْمَةِ اللَّهِ عَلَى نُورٍ من اللَّهِ، وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللَّهِ عَلَى نُورٍ من الله تخاف عقاب الله

Artinya: “Takwa itu ialah hendaknya kami mengamalkan ketaatan kepada Allah karena mengharapkan rah-mat Allah atas dasar nur (petunjuk) dari Allah. Hendaknya kamu meninggalkan perbuatan maksiat kepada Allah atas dasar nur dari Allah karena takut terhadap siksa Allah.”

Ayat ini juga berarti bahwa Allah Ta’ala mengancam mereka (Bani Israil) atas kesengajaan mereka menyembunyikan kebenaran dan menampakkan yang sebaliknya serta pembangkangan mereka terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Isi Tafsir Al-Quran dan Asbabun Nuzul

Cari keripik pisang klik disini SURAH AL-BAQARAH AYAT 01 AYAT 02 AYAT 03 AYAT 04 AYAT 05 AYAT 06 AYAT 07 AYAT 08 AYAT 09 AYAT 10 AYAT 11 AYAT 12 AYAT 13 AYAT 14 AYAT 15 AYAT 16 AYAT 17 AYAT 18 AYAT 19 AYAT 20 AYAT 21 AYAT 22 AYAT 23 AYAT 24 AYAT 25 AYAT 26,27,28 AYAT 29 AYAT 30 AYAT 31 AYAT 32 AYAT 33 AYAT 34 AYAT 35 AYAT 36 AYAT 37 AYAT 38 AYAT 39 AYAT 40 AYAT 41 AYAT 42 AYAT 43 AYAT 44 AYAT 45 AYAT 46 AYAT 47 AYAT 48 AYAT 49 AYAT 50 AYAT 51 AYAT 52 AYAT 53 AYAT 54 AYAT 55 AYAT 56 AYAT 57 AYAT 58 AYAT 59 AYAT 60 AYAT 61 AYAT 62 AYAT 63 AYAT 64 AYAT 65 AYAT 66 AYAT 67 AYAT 68 AYAT 69 AYAT 70 AYAT 71 AYAT 72 AYAT 73 AYAT 74 AYAT 75 AYAT 76 AYAT 77 AYAT 78 AYAT 79 AYAT 80 AYAT 81 AYAT 82 AYAT 83 AYAT 84 AYAT 85 AYAT 86 AYAT 87 AYAT 88 AYAT 89 AYAT 90 AYAT 91 AYAT 92 AYAT 93 AYAT 94 AYAT 95 AYAT 96 AYAT 97 AYAT 98 AYAT 99 AYAT 100 AYAT 101 AYAT 102 AYAT 103 AYAT 104 AYAT 105 AYAT 106 AYAT 107 AYAT 108 AYAT 109 AYAT 110 AYAT 111 AYAT 112 AYAT 113 AYAT 114 AYAT 115 AYAT 116 AYAT 117 AYAT 1

ASBABUN NUZUL JUZ 'AMMA

Cari keripik pisang klik disini Daftar Isi Surah An-naba Surah an-Naazi’aat Surah ‘Abasa Surah at-Takwiir   Surah al-Infithaar Surah al-Muthaffifiin   Surah ath-Thaariq   Surah al-A’laa   Surah al-Ghaasyiyah Surah al-Fajr Surah al-Lail   Surah adh-Dhuha Surah al-Insyiraah Surah at-Tiin Surah al-’Alaq   Surah al-Qadr   Surah az-Zilzal   Surah al-’Aadiyaat Surah at-Takaatsur   Surah al-Humazah   Surah Quraisy   Surah al-Maa’uun   Surah al-Kautsar   Surah al-Kaafiruun   Surah an-Nashr Surah al-Lahab   Surah al-Ikhlas Surah al-Falaq dan  Surah an-Naas   SURAH AN NABA Surah An naba yaitu firman Allah ta’ala, “Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya ? Tentang berita yang besar (hari berbangkit).” (an-Naba’: 1-2) Sebab Turunnya Ayat Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Hasan yang berkata, “Ketika Rasulullah diutus, mereka (orang-orang kafir Quraisy) saling bertanya di antara mereka. Allah lalu menurunkan ayat ini.”

Daftar Isi Tafsir Al-Quran dan Asbabun Nuzul Surah ali Imron

Cari keripik pisang klik disini SURAH ALI IMRAN AYAT 01 AYAT 02 AYAT 03 AYAT 04 AYAT 05 AYAT 06 AYAT 07 AYAT 08 AYAT 09 AYAT 10 AYAT 11 AYAT 12 AYAT 13 AYAT 14 AYAT 15 AYAT 16 AYAT 17 AYAT 18 AYAT 19 AYAT 20 AYAT 21 AYAT 22 AYAT 23 AYAT 24 AYAT 25 AYAT 26 AYAT 27 AYAT 28 AYAT 29 AYAT 30 AYAT 31 AYAT 32 AYAT 33 AYAT 34 AYAT 35 AYAT 36 AYAT 37 AYAT 38 AYAT 39 AYAT 40 AYAT 41 AYAT 42 AYAT 43 AYAT 44 AYAT 45 AYAT 46 AYAT 47 AYAT 48 AYAT 49 AYAT 50 AYAT 51 AYAT 52 AYAT 53 AYAT 54 AYAT 55 AYAT 56 AYAT 57 AYAT 58 AYAT 59 AYAT 60 AYAT 61 AYAT 62 AYAT 63 AYAT 64 AYAT 65 AYAT 66 AYAT 67 AYAT 68 AYAT 69 AYAT 70 AYAT 71 AYAT 72 AYAT 73 AYAT 74 AYAT 75 AYAT 76 AYAT 77 AYAT 78 AYAT 79 AYAT 80 AYAT 81 AYAT 82 AYAT 83 AYAT 84 AYAT 85 AYAT 86 AYAT 87 AYAT 88 AYAT 89 AYAT 90 AYAT 91 AYAT 92 AYAT 93 AYAT 94 AYAT 95 AYAT 96 AYAT 97 AYAT 98 AYAT 99 AYAT 100 AYAT 101 AYAT 102 AYAT 103 AYAT 104 AYAT 105 AYAT 106 AYAT 107 AYAT 108 AYAT 109 AYAT 110 AYAT 111 AYAT 112 AYAT 113 AYAT 114 AYAT 115 AYAT 116 AYAT 11
diberdayakan oleh Saepul