Cari keripik pisang klik disini Surah Ali Imraan Ayat 38 - 39 - 40 - 41 (Tafsir Ibnu Katsir dan Asbabun Nuzul) Langsung ke konten utama

Surah Ali Imraan Ayat 38 - 39 - 40 - 41 (Tafsir Ibnu Katsir dan Asbabun Nuzul)

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM




هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُۥۖ قَالَ رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ ٣٨ فَنَادَتۡهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٞ يُصَلِّي فِي ٱلۡمِحۡرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحۡيَىٰ مُصَدِّقَۢا بِكَلِمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدٗا وَحَصُورٗا وَنَبِيّٗا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ٣٩ قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَقَدۡ بَلَغَنِيَ ٱلۡكِبَرُ وَٱمۡرَأَتِي عَاقِرٞۖ قَالَ كَذَٰلِكَ ٱللَّهُ يَفۡعَلُ مَا يَشَآءُ ٤٠ قَالَ رَبِّ ٱجۡعَل لِّيٓ ءَايَةٗۖ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمۡزٗاۗ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ كَثِيرٗا وَسَبِّحۡ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِبۡكَٰرِ ٤١

Artinya: “Di sanalah Zakariya berdoa kepada Rabb-nya seraya berkata: ‘Ya Rabbku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Mahamendengar doa “. Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala menggembirakanmu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah Ta’ala, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang salih.’ Zakariya berkata: ‘Ya Rabbku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul.’ Allah Ta’ala berfirman: ‘Demikianlah, Allah Ta’ala berbuat apa yang dikehendaki-Nya’. Berkata Zakariya: ‘Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung).’ Allah Ta’ala berfirman: ‘Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Rabbmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.’” 

AYAT KE-38 

Firman-Nya (رب هب لي من لدنك ذرية طيبة إنك سميع الدعاء) (“Ya Rabb-ku, berikanlah kepadaku dari sisi Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Mahamendengar doa.”) ketika Zakariya melihat bahwa Allah Ta’ala telah memberikan rezeki kepada Maryam berupa buah-buahan musim dingin pada musim kemarau dan buah-buahan musim kemarau pada musim dingin, maka pada saat itu ia berkeinginan keras untuk mendapatkan seorang anak meskipun sudah tua, tulang-tulangnya sudah mulai rapuh dan rambutnya pun telah memutih, sedang istrinya sendiri juga sudah tua dan bahkan mandul. Namun demikian, ia tetap memohon kepada Rabbnya dengan suara yang lembut seraya berdoa sebagaimana lafaz tersebut di atas. 

AYAT KE-39 

Firman-Nya (فنادته الملائكة وهو قائم يصلي في المحراب) (“Kemudian Malaikat [Jibril] memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab.”) Maksudnya, Malaikat menyerukan kepadanya dengan seruan yang didengar olehnya, sedang pada saat itu ia dalam keadaan berdiri mengerjakan salat di mihrab, tempat di mana ia beribadah, menyendiri, bermunajat, dan mengerjakan salat. Lalu Allah Ta’ala memberitahukan kabar gembira yang disampaikan oleh Malaikat, “Sesungguhnya Allah Ta’ala menggembirakanmu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya.” Yaitu dengan seorang anak yang lahir dari tulang sulbimu yang diberi nama Yahya. Qatadah dan yang lainnya berkata, “Diberi nama Yahya, karena Allah Ta’ala menghidupkannya dengan keimanan.” 

Firman-Nya (مصدقا بكلمة من الله) (“Yang membenarkan kalimat [yang datang] dari Allah Ta’ala.”) Mengenai firman-Nya di atas ini, Al-‘Aufi dan selainnya meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dan juga Al-Hasan, Qatadah, `Ikrimah, Mujahid, Abu Asy-Sya’tsa’, As-Suddi, Ar-Rabi’ bin Anas, Adh-Dhahhak, dan yang lainnya berkata tentang ayat ini, bahwa yang dimaksudkan dengan, Kalimat yang datang dari Allah Ta’ala’ adalah `Isa bin Maryam. Ar-Rabi’ bin Anas berkata: “Dia (Yahya) adalah orang yang pertama kali percaya akan datangnya `Isa bin Maryam. Dan Qatadah berkata, “(Dia Yahya) diatas Sunnah dan manhajnya.” Sedangkan Ibnu Juraij meriwayatkan, mengenai firman-Nya ini dari Ibnu `Abbas berkata: “Yahya dan `Isa adalah saudara sepupu. Dan Yahya adalah orang yang pertama kali membenarkan `Isa. Dan kalimat Allah Ta’ala yang dimaksud adalah `Isa itu sendiri. Yahya itu lebih tua daripada `Isa. Hal yang sama juga dikatakan oleh As-Suddi. 

Firman-Nya (وسيدا) (“Menjadi panutan.”) Abul `Aliyah, Ar-Rabi’ bin Anas, Qatadah, Sa’id bin Jubair, dan selain mereka berkata: “Yaitu, yang penyantun.” Sedangkan Qatadah berkata: “Ia itu sebagai panutan dalam (hal) ilmu dan ibadah.” Ibnu ‘Abbas, Ats-Tsauri, dan Adh-Dhahhak berkata: “Sayyidan berarti yang santun dan penuh ketakwaan.” Sa’id bin Al-Musayyab berkata: “Sayyidan berarti orang yang sangat paham dan berilmu.” Dan ‘Athiyyah berkata: “Ia adalah panutan dalam (hal) akhlak dan agamanya.” ‘Ikrimah berkata: “la adalah orang yang tidak pernah dikendalikan oleh amarah.” Sedangkan Ibnu Zaid berkata: “Maksudnya adalah orang yang mulia.” Dan Mujahid serta ulama yang lain berkata: “Artinya adalah, yang mulia di sisi Allah Ta’ala.” 

Firman-Nya (وحصورا) (“Yang menahan diri.”) Dalam kitabnya, Asy-Syifa’, Al-Qadhi ‘Iyadh berkata: “Ketahuilah bahwa pujian Allah Ta’ala pada Yahya bahwa ia sebagai “hashuuran” bukanlah seperti yang dikemukakan oleh sebagian orang, di antara mereka menyebutkan bahwa Yahya itu tidak memiliki kemaluan. Pendapat ini secara tegas ditentang oleh para ahli tafsir yang terkemuka dan ulama yang kritis. Dalam hal ini mereka berkata: “Penafsiran seperti itu merupakan suatu kekurangan dan aib serta tidak layak bagi para Nabi. Dan makna yang benar adalah, bahwa Yahya itu ma’shum (terpelihara) dari perbuatan dosa, seakan-akan Yahya itu dibentengi dari dosa.” Ada juga yang berpendapat, bahwa Yahya itu menahan dirinya dari nafsu syahwat. Dari sini, tampak bahwa ketidakmampuan untuk menikah itu merupakan suatu kekurangan. Dan yang merupakan keutamaan adalah adanya kemampuan dalam menikah, namun Yahya menolaknya, baik karena melalui mujahadah (usaha keras) seperti yang dilakukan Isa maupun karena diberikan kemampuan oleh Allah Ta’ala untuk melakukan hal tersebut, seperti yang dialami oleh Yahya sendiri. 

Menikah itu -bagi orang yang mampu dan sanggup menunaikan semua kewajiban yang timbul akibat menikah dengan tidak melalaikan kewajiban kepada Rabb-nya- adalah merupakan derajat yang tinggi, yaitu derajat yang diperoleh Nabi Muhammad, yang dengan istri-istri yang dimilikinya, beliau tidak pernah lalai untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Bahkan hal itu menjadikan beliau bertambah ibadahnya, yaitu dengan memelihara mereka, menunaikan kewajiban kepada mereka, memberikan nafkah, serta memberikan bimbingan kepada mereka. Bahkan secara tegas beliau menyatakan bahwa istri itu bukan bagian yang diperoleh dari dunianya, meski ia merupakan bagian dunia bagi orang lain.” Lalu beliau bersabda: 

"حُبِّبَ إليَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ

Artinya: “Allah Ta’ala menjadikan aku mencintai sebagian dari urusan dunia kalian.” 

Maksud dari ungkapan itu adalah, bahwa beliau memuji Yahya sebagai orang yang terpelihara. Yang demikian itu bukan karena tidak menggauli wanita, melainkan karena ia ma’shum, terpelihara dari berbagai macam perbuatan keji dan kotor. Dan kema’shumannya itu tidak menghalanginya untuk menikahi, mencumbui, dan menjadikan hamil wanita yang halal baginya. Bahkan dapat dipahami lahirnya keturunan baginya melalui doa yang dipanjatkan Zakariya di atas, di mana Zakariya berdoa, “Berikanlah kepadaku dari sisi-Mu seorang anak yang baik.” Seolah-olah ia (Zakariya) mengucapkan: “Seorang anak yang memiliki anak cucu, keturunan, dan pengganti.” 

Firman-Nya (ونبيا من الصالحين) (“Dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang yang salih.”) Ini merupakan kabar gembira kedua, yaitu berita pengangkatan Yahya sebagai Nabi setelah berita gembira sebelumnya, yaitu kelahiran Yahya. Berita kedua ini lebih tinggi kedudukannya daripada berita pertama, sebagaimana firman-Nya kepada ibunya Musa dalam Surah Al-Qashash ayat 7 yang artinya: “Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang dari para Rasul.” Pada saat Zakariya meyakini berita gembira ini, maka ia merasa heran terhadap lahirnya anak dari dirinya setelah usia tua. 

AYAT KE-40 

Firman-Nya (رب أني يكون لي غلام وقد بلغني الكبر وامرأتي عاقر قال) (“Zakariya berkata: ‘Ya Rabbku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul.’ Ia berkata,”) yaitu malaikat. 

Firman-Nya (كذلك الله يفعل ما يشاء) (“Demikianlah Allah Ta’ala berbuat apa yang dikehendaki-Nya”) artinya, demikian itulah urusan Allah Ta’ala yang besar (agung) itu, tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan (tidak mampu diperbuat)-Nya, dan tidak ada suatu hal (perkara) yang memberatkan-Nya. 

AYAT KE-41 

Firman-Nya (قال رب اجعل لي آية) (“Zakaria berkata, ‘Berikanlah kepadaku suatu tanda [bahwa istriku hamil]”) yaitu tanda yang menunjukkan akan lahirnya seorang anak dariku. 

Firman-Nya (قال آيتك ألا تكلم الناس ثلاثة أيام إلا رمزا) (“Allah Ta’ala berfirman, ‘Tandanya bagimu adalah kamu tidak bisa berkata-kata kepada manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat.’”) yakni hanya berupa isyarat karena kamu tidak bisa berbicara, padahal pada saat itu engkau dalam keadaan sehat dan normal, sebagaimana dalam firman-Nya Surah Maryam ayat 10 yang artinya: “Selama tiga malam, padahal kamu sehat.” Kemudian Allah Ta’ala menyuruhnya untuk banyak berzikir, bertakbir dan bertasbih dalam keadaan seperti itu. 

Firman-Nya (واذكر ربك كثير) (“Dan sebutlah [nama] Rabb-mu sebanyak-banyaknya serta bertasbih di waktu petang dan pagi hari.”) akan dikemukakan dari sisi lain dalam pembahasan masalah ini pada Surah Maryam. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Isi Tafsir Al-Quran dan Asbabun Nuzul

Cari keripik pisang klik disini SURAH AL-BAQARAH AYAT 01 AYAT 02 AYAT 03 AYAT 04 AYAT 05 AYAT 06 AYAT 07 AYAT 08 AYAT 09 AYAT 10 AYAT 11 AYAT 12 AYAT 13 AYAT 14 AYAT 15 AYAT 16 AYAT 17 AYAT 18 AYAT 19 AYAT 20 AYAT 21 AYAT 22 AYAT 23 AYAT 24 AYAT 25 AYAT 26,27,28 AYAT 29 AYAT 30 AYAT 31 AYAT 32 AYAT 33 AYAT 34 AYAT 35 AYAT 36 AYAT 37 AYAT 38 AYAT 39 AYAT 40 AYAT 41 AYAT 42 AYAT 43 AYAT 44 AYAT 45 AYAT 46 AYAT 47 AYAT 48 AYAT 49 AYAT 50 AYAT 51 AYAT 52 AYAT 53 AYAT 54 AYAT 55 AYAT 56 AYAT 57 AYAT 58 AYAT 59 AYAT 60 AYAT 61 AYAT 62 AYAT 63 AYAT 64 AYAT 65 AYAT 66 AYAT 67 AYAT 68 AYAT 69 AYAT 70 AYAT 71 AYAT 72 AYAT 73 AYAT 74 AYAT 75 AYAT 76 AYAT 77 AYAT 78 AYAT 79 AYAT 80 AYAT 81 AYAT 82 AYAT 83 AYAT 84 AYAT 85 AYAT 86 AYAT 87 AYAT 88 AYAT 89 AYAT 90 AYAT 91 AYAT 92 AYAT 93 AYAT 94 AYAT 95 AYAT 96 AYAT 97 AYAT 98 AYAT 99 AYAT 100 AYAT 101 AYAT 102 AYAT 103 AYAT 104 AYAT 105 AYAT 106 AYAT 107 AYAT 108 AYAT 109 AYAT 110 AYAT 111 AYAT 112 AYAT 113 AYAT 114 AYAT 115 AYAT 116 AYAT 117 AYAT 1

ASBABUN NUZUL JUZ 'AMMA

Cari keripik pisang klik disini Daftar Isi Surah An-naba Surah an-Naazi’aat Surah ‘Abasa Surah at-Takwiir   Surah al-Infithaar Surah al-Muthaffifiin   Surah ath-Thaariq   Surah al-A’laa   Surah al-Ghaasyiyah Surah al-Fajr Surah al-Lail   Surah adh-Dhuha Surah al-Insyiraah Surah at-Tiin Surah al-’Alaq   Surah al-Qadr   Surah az-Zilzal   Surah al-’Aadiyaat Surah at-Takaatsur   Surah al-Humazah   Surah Quraisy   Surah al-Maa’uun   Surah al-Kautsar   Surah al-Kaafiruun   Surah an-Nashr Surah al-Lahab   Surah al-Ikhlas Surah al-Falaq dan  Surah an-Naas   SURAH AN NABA Surah An naba yaitu firman Allah ta’ala, “Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya ? Tentang berita yang besar (hari berbangkit).” (an-Naba’: 1-2) Sebab Turunnya Ayat Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Hasan yang berkata, “Ketika Rasulullah diutus, mereka (orang-orang kafir Quraisy) saling bertanya di antara mereka. Allah lalu menurunkan ayat ini.”

Daftar Isi Tafsir Al-Quran dan Asbabun Nuzul Surah ali Imron

Cari keripik pisang klik disini SURAH ALI IMRAN AYAT 01 AYAT 02 AYAT 03 AYAT 04 AYAT 05 AYAT 06 AYAT 07 AYAT 08 AYAT 09 AYAT 10 AYAT 11 AYAT 12 AYAT 13 AYAT 14 AYAT 15 AYAT 16 AYAT 17 AYAT 18 AYAT 19 AYAT 20 AYAT 21 AYAT 22 AYAT 23 AYAT 24 AYAT 25 AYAT 26 AYAT 27 AYAT 28 AYAT 29 AYAT 30 AYAT 31 AYAT 32 AYAT 33 AYAT 34 AYAT 35 AYAT 36 AYAT 37 AYAT 38 AYAT 39 AYAT 40 AYAT 41 AYAT 42 AYAT 43 AYAT 44 AYAT 45 AYAT 46 AYAT 47 AYAT 48 AYAT 49 AYAT 50 AYAT 51 AYAT 52 AYAT 53 AYAT 54 AYAT 55 AYAT 56 AYAT 57 AYAT 58 AYAT 59 AYAT 60 AYAT 61 AYAT 62 AYAT 63 AYAT 64 AYAT 65 AYAT 66 AYAT 67 AYAT 68 AYAT 69 AYAT 70 AYAT 71 AYAT 72 AYAT 73 AYAT 74 AYAT 75 AYAT 76 AYAT 77 AYAT 78 AYAT 79 AYAT 80 AYAT 81 AYAT 82 AYAT 83 AYAT 84 AYAT 85 AYAT 86 AYAT 87 AYAT 88 AYAT 89 AYAT 90 AYAT 91 AYAT 92 AYAT 93 AYAT 94 AYAT 95 AYAT 96 AYAT 97 AYAT 98 AYAT 99 AYAT 100 AYAT 101 AYAT 102 AYAT 103 AYAT 104 AYAT 105 AYAT 106 AYAT 107 AYAT 108 AYAT 109 AYAT 110 AYAT 111 AYAT 112 AYAT 113 AYAT 114 AYAT 115 AYAT 116 AYAT 11
diberdayakan oleh Saepul