BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
إِذۡ قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَىٰٓ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَجَاعِلُ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوكَ فَوۡقَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ ثُمَّ إِلَيَّ مَرۡجِعُكُمۡ فَأَحۡكُمُ بَيۡنَكُمۡ فِيمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ٥٥ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَأُعَذِّبُهُمۡ عَذَابٗا شَدِيدٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَمَا لَهُم مِّن نَّٰصِرِينَ ٥٦ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَيُوَفِّيهِمۡ أُجُورَهُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ٥٧ ذَٰلِكَ نَتۡلُوهُ عَلَيۡكَ مِنَ ٱلۡأٓيَٰتِ وَٱلذِّكۡرِ ٱلۡحَكِيمِ ٥٨
Artinya: “(Ingatlah), ketika Allah berfirman: ‘Hai ‘Isa, sesunggubnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir bingga hari Kiamat. Kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.’ (QS. 3:55) Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong. (QS. 3:56) Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim. (QS. 3:57) Demikianlab (kisah ‘Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) al-Qur’an yang penuh hikmah.” (QS. 3:58)
AYAT 55
Firman-Nya (إني متوفيك ورافعك إلي) (“Sesungguhnya Aku akan menyampaikanmu pada akhir ajalmu dan mengangkatmu kepada-Ku.”) para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai firman Allah Ta’ala ini. Menurut Qatadah dan ulama lainnya berkata, “Ini merupakan bentuk kalimat dalam bentuk muqaddam dan muakhkhar (yaitu bentuk kalimat yang mendahulukan apa yang seharusnya ada di akhir, dan mengakhirkan apa yang seharusnya didahulukan). Kedudukan sebenarnya yakni “Aku mengangkatmu kepada-Ku dan mewafatkanmu,” yaitu setelah itu. Ali bin Abu Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata (إني متوفيك) artinya: Aku mematikanmu. Mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kematian tersebut adalah tidur, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-An’aam ayat 60 yang artinya: “Dan Dia-lah yang menidurkan kalian di malam hari.” Juga firman-Nya dalam Surah Az-Zumar ayat 42: “Yang memegang jiwa [orang] ketika matinya dan [memegang] jiwa [orang] yang belum mati pada waktu tidurnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika bangun tidur berdo’a:
"الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أحْيَانَا بَعْدَمَا أمَاتَنَا وإلَيْهِ النُّشُورُ"
Artinya: “Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan kami, setelah mematikan [menidurkan]) kami.” (Muttafaqun ‘alaih)
Allah berfirman dalam Surah An-Nisaa’ 156 – 159 : “Dan karena kekafiran mereka (terhadap `Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina). Dan karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah.’ Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak juga menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka. -sampai dengan firman-Nya- “..mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah `Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat `Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Tidak ada seorang pun dari Ahlul Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan pada hari Kiamat kelak Isa itu akan menjadikan saksi terhadap mereka.” (QS. An-Nisaa’: 156-159). Dhamir (kata ganti) “Hi” (nya) pada firman Allah “qab-la mautiHi” yaitu kembali kepada Isa. Artinya, tidak seorang pun dari Ahlul Kitab melainkan akan beriman kepada Isa pada saat turun ke bumi kelak, sebelum hari Kiamat, sebagaimana akan dijelaskan. Maka pada saat itu, semua Ahlul Kitab akan mempercayainya, karena ia menghapuskan jizyah dan tidak menerima kecuali Islam.
Firman-Nya (ومطهرك من الذين كفروا) (“Serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir.”) Yaitu dengan Aku mengangkatmu ke langit.
Firman-Nya (وجاعل الذين اتبعوك فوق الذين كفروا إلى يوم القيامة) (“Dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat.”) Demikian itulah yang terjadi. Sesungguhnya ketika Al-Masih diangkat Allah Ta’ala ke langit, sahabat-sahabatnya tercerai-berai menjadi beberapa golongan. Ada yang beriman kepada apa yang dibawanya bahwa ia adalah hamba dan Rasul-Nya serta seorang anak dari seorang hamba-Nya. Di antara mereka ada juga yang berlebih-lebihan menyanjungnya hingga menjadikannya sebagai anak Allah Ta’ala, adapula yang menganggap bahwa ia adalah Allah Ta’ala dan adapula yang menganggapnya sebagai salah satu dari trinitas.
Allah Ta’ala telah mengisahkan ucapan mereka itu dalam Al-Qur’an dan membantah setiap kelompok. Namun mereka tenggelam dalam kondisi seperti itu selama hampir tiga ratus tahun, hingga akhimya muncul di tengah-tengah mereka seorang raja Yunani bernama Constantine, yang memeluk agama Nasrani. Ada juga yang mengatakan, langkahnya masuk dalam agama Nasrani itu sebagai tipu muslihat untuk merusaknya, karena ia adalah seorang filusuf. Ada juga yang mengatakan, hal itu disebabkan karena dia tidak memahami agama tersebut. Maka Constantine pun merubah, menambah, dan mengurangi beberapa ketetapan yang ada dalam agama `Isa. Selanjutnya ia membuat undang-undang dan amanah agung untuk agama Nasrani, yang sebenarnya hanya merupakan pengkhianatan yang hina.
Pada zamannya, daging babi itu dihalalkan, dan mereka salat mengikutinya (Constantine) dengan menghadap ke timur. Dan gereja, tempat-tempat ibadah, serta biara diisi dengan patung `Isa. Selain itu Constantine menambah ibadah puasa mereka sebanyak sepuluh hari disebabkan dosa yang dia lakukan, menurut anggapan mereka. Akhirnya agama Al-Masih menjadi agama Constantine. Akan tetapi dia telah membangunkan untuk mereka gereja, biara, dan tempat ibadah yang jumlahnya lebih dari 12.000 (dua belas ribu). Selain itu, ia juga membangun sebuah kota yang dikaitkan dengan namanya (Konstantinopel). la diikuti oleh sekelompok kerajaan dari kalangan mereka. Dalam melakukan semuanya itu mereka menekan orang-orang Yahudi, Allah Ta’ala telah memberikan kekuatan kepadanya atas mereka karena dia lebih dekat dengan kebenaran daripada orang-orang Yahudi, meskipun pada dasarnya mereka semua adalah kafir. Semoga laknat Allah atas mereka.
Ketika Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad, maka orang yang beriman kepada beliau, pasti beriman kepada Allah Ta’ala, Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan Rasul-Rasul-Nya dengan cara yang benar. Maka mereka itulah pengikut semua Nabi yang ada di muka bumi, karena mereka telah benar-benar membenarkan Rasul, Nabi yang buta huruf yang berasal dari bangsa Arab, penutup para Rasul dan junjungan seluruh anak keturunan Adam, secara mutlak, yang mengajak mereka untuk membenarkan segala yang haq. Maka mereka pulalah yang lebih dekat dengan setiap Nabi dari pada umat Nabi itu sendiri yang mengaku mengikuti agama dan jalan Nabinya, sementara mereka telah menyelewengkan dan merubah ajarannya. Kemudian, kalaupun tidak terjadi perubahan dan penyelewengan ini, sesungguhnya Allah Ta’ala telah menghapuskan syari’at seluruh Rasul dengan apa yang dibawa oleh Muhammad berupa agama yang haq yang tidak dapat diubah dan diganti sampai hari Kiamat kelak dan akan tetap tegak, dibela dan menang atas semua agama.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala membukakan bumi belahan timur dan barat bagi para Sahabat beliau, hingga mereka berhasil menundukkan segala kerajaan, menaklukkan seluruh negeri dan mematahkan Kisra (Kerajaan Persi) dan Kaisar (Kerajaan Romawi) serta mengambil alih semua kekayaan mereka untuk selanjutnya mereka nafkahkan di jalan Allah Ta’ala, sebagaimana hal itu telah diberitahukan oleh Nabi mereka sendiri, bersumber dari Rabb mereka, yaitu pada firman-Nya dalam Surah An-Nuur ayat 55 yang artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun.”
Oleh karena itulah, tatkala mereka benar-benar beriman kepada Al-Masih, maka mereka dapat merampas dari orang-orang Nasrani negeri Syam dan memaksa mereka masuk ke Romawi, lalu mereka bertahan di kota mereka, Konstantinopel. Dan Islam bersama pemeluknya akan senantiasa berada di atas mereka sampai hari Kiamat kelak.
Ash-Shadiqul-Masduq (yang berkata dengan benar [jujur] dan dibenarkan [dipercaya] perkataannya) telah memberitahu umatnya bahwa generasi terakhir dari mereka akan membebaskan kota Konstantinopel dan mengambil kekayaan yang ada di sana, serta memerangi orang-orang Romawi secara besar-besaran yang belum pernah disaksikan manusia sebelumnya dan tidak ada bandingannya setelah itu. Karena itu, Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Ar-Ra’d ayat 34 yang artinya: “Dan [Aku] menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat. Kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antara kamu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya. Adapun orang-orang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.” Demikian juga Allah Ta’ala berbuat terhadap orang-orang yang ingkar kepada `Isa, dari kalangan Yahudi maupun yang bersikap “ghuluw” (berlebih-lebihan) terhadapnya dari kalangan Nasrani, Dia akan mengazab mereka di dunia dengan dibunuh, ditawan, dirampas harta kekayaannya, serta dicopot kekuasaan mereka dari kerajaan-kerajaan, sedangkan di akhirat, mereka akan mendapatkan azab yang lebih pedih dan berat.
AYAT 57
Firman-Nya (وأما الذين آمنوا وعملوا الصالحات فيوفيهم أجورهم) (“Orang-orang yang beriman dan merigerjakan amal-amal yang salih, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka.”) Yaitu di dunia dan di akhirat. Pahala di dunia berupa pertolongan dan kemenangan. Sedangkan di akhirat berupa Surga-Surga yang tinggi. Dan Allah Ta’ala tidak menyukai orang-orang yang zalim.
AYAT 58 Firman-Nya (ذلك نتلوه عليك من الآيات والذكر الحكيم) (“Demikianlah [kisah Isa] Kami membacakannya kepadamu sebagian dari bukti-bukti [kerasulannya] dan [membacakan] Al-Qur’an yang penuh hikmah.”) Artinya, yang Kami kisahkan kepadamu ini, ya Muhammad mengenai diri `Isa, yang dimulai dari kelahirannya dan bagaimana sifat urusannya adalah di antara yang difirmankan dan diwahyukan, serta diturunkan Allah Ta’ala kepadamu dari Lauhul Mahfuzh, maka tidak ada perbantahan tentang `Isa dan tidak pula keraguan. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Maryam ayat 34-35: “Itulah ‘Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah,’ maka jadilah ia.”
Komentar
Posting Komentar