BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karenaitu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (para Rasul). (QS. 3:137)
هٰذَا بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَّمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ
(Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. 3:138)
وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS.3:139)
اِنْ يَّمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهٗ ۗوَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَۙ
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim, (QS. 3:140)
وَلِيُمَحِّصَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَمْحَقَ الْكٰفِرِيْنَ
dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. 3:141)
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS. 3:142)
وَلَقَدْ كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَلْقَوْهُۖ فَقَدْ رَاَيْتُمُوْهُ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ ࣖ
Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu mengbadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya.” (QS. 3:143)
Ketika orang-orang yang beriman mendapatkan musibah pada perang Uhud. Di mana ada 70 (tujuh puluh) orang yang terbunuh, Allah memberitahukan kepada mereka seraya berfirman, “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah.” Maksudnya, yang demikian itu juga berlaku pada umat-umat sebelum kalian, yaitu pengikut para Nabi. Setelah itu, kesudahan yang baik adalah untuk kalian dan kesudahan yang buruk menimpa kepada orang-orang kafir.
Oleh sebab itu Allah berfirman, fasiiruu fil ardli fandhuruu kaifa kaana ‘aaqibatul mukadzdzibiin (“Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan [para Rasul]. ”
Kemudian Allah berfirman, Haadzaa bayaanul linnaasi (“Ini adalah penjelasan bagi seluruh manusia.”) Yakni al-Qur’an yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai berbagai hal yang sangat jelas, serta bagaimana keadaan umat-umat terdahulu dan juga musuh-musuh mereka. Wa Hudaw wa mau’idhatun (“Dan petunjuk serta pelajaran.”) Yakni, di dalam al-Qur’an itu terdapat berita tentang orang-orang sebelum kalian dan petunjuk bagi hati kalian sekaligus pelajaran, yaitu pencegahan terhadap hal-hal yang diharamkan dan perbuatan dosa.
Kemudian Allah menghibur kaum muslimin dengan berfirman, wa laa taHinuu (“Janganlah kamu bersikap lemah.”) Artinya, janganlah kalian melemah akibat peristiwa yang telah terjadi itu.” Wa laa tahzanuu wa antumul a’launa in kuntum mu’miniin (“Dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi [derajatnya], jika kamu orang-orang yang beriman.”) Maksudnya, bahwa kesudahan yang baik dan pertolongan hanya bagi kalian, wahai orang-orang yang beriman.
Firman-Nya: iy yamsaskum qarhun faqad massal qauma qarhum mitsluHu (“Jika kamu [pada perang Uhud] mendapat luka, maka sesungguhnya kaum [kafr] itupun [pada perang Badar] mendapat luka yang serupa.”) Artinya, jika kalian menderita luka dan beberapa orang di antara kalian gugur, maka luka dan kematian itu juga telah menimpa musuh-musuh kalian, yaitu tidak berapa lama sebelumnya.
Wa tilkal ayyaamu nudaawiluHaa bainan naasi (“Dan masa [kejayaan dan kehancuran] itu,Kami pergilirkan di’antara manusia [agar mereka mendapat pelajaran].” Maksud-Nya, suatu saat Kami pergilirkan kemenangan itu bagi musuh-musuh kalian, meskipun kesudahan yang baik tetap berada pada kalian. Karena dalam hal tersebut terdapat hikmah.
Oleh karena itu, Allah berfirman: wa liya’lamal ladziina aamanuu (“Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman [dengan orang-orang kafr].”) Ibnu ‘Abbas berkata: “Dalam kasus seperti ini kita akan menemukanorang-orang yang sabar dalam melawan musuh.” Wa yattakhidza minkum syuHadaa-a (“Dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya [gugur sebagai] syuhada.’”) Yaitu, mereka yang terbunuh di jalan Allah dan mereka telah menumpahkan darah mereka untuk mencari keridhaan-Nya.
wallaaHu laa yuhibbudh dhaalimiina wa liyumah-hishal ladziina aamanuu (“Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman [dari dosa mereka].”) Artinya, dosa-dosa mereka akan dihapuskan, jika mereka telah berbuat dosa, dan jika tidak maka akan ditinggikan derajat mereka sesuai dengan apa yang telah menimpa mereka.
Dan firman-Nya, wa yamhaqal kaafiriin (“Dan membinasakan orang-orang yang kafir.”) Artinya, jika orang-orang kafir itu menang, maka mereka melewati batas dan sombong. Sehingga kedua hal itu menyebabkan mereka hancur binasa.
Setelah itu Allah berfirman: am hasibtum an tadkhulul jannata wa lammaa ya’lamillaaHul ladziina jaaHaduu minkum wa ya’lamash shaabiriin (“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata pula orang-orang yang sabar.”)
Maksudnya, apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk Surga, padahal kalian belum diuji dengan peperangan dan berbagai penderitaan. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah yang artinya:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelummu. Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan).” (QS. Al-Baqarah: 214)
Oleh karena itu, di sini Allah berfirman: am hasibtum an tadkhulul jannata wa lammaa ya’lamillaaHul ladziina jaaHaduu minkum wa ya’lamash shaabiriin (“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata pula orang-orang yang sabar.”) Artinya, kalian tidak akan masuk Surga sehingga kalian diuji dan nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di jalan-Nya dan orang-orang yang sabar dalam melawan musuh.
Firman-Nya, wa laqad kuntum tamannaunal mauta min qabli an talqauHu faqad ra-aitumuuHu wa antum tandhuruun (“Sesungguhnya kamu mengharapkan mati [syahid] sebelum kamu menghadapinya. [Sekarang] sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya.”) Maksudnya, kalian wahai orang-orang yang beriman, sebelum hari ini telah berharap dapat berhadapan dengan musuh serta berkeinginan untuk mengalahkan dan memerangi mereka. Kini telah sampai pada kalian apa yang kalian harap-harapkan. Karenanya, perangilah musuh-musuh kalian dan bersabarlah.
Dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim telah diriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian berharap bertemu dengan musuh. Mohonlah keselamatan kepada Allah. Tetapi jika kalian bertemu dengan mereka, maka bersabarlah dan ketahuilah bahwa Surga itu berada di bawah naungan pedang.”
Oleh karena itu, Allah berfirman: faqad ra-aitumuuHu (“[Sekarang] sungguh kamu telah melihatnya.”) Yaitu, kematian yang kalian saksikan pada saat tajamnya mata pedang, tombak-tombak yang berbaur dan barisan pasukan yang saling bertempur. Kalangan mutakallimun (ahli kalam) mengibaratkan ini dengan pembayangan, yaitu penyaksian sesuatu yang abstrak seperti yang kongkrit, sebagaimana terbayangkannya biri-biri dapat bersahabat dengan kambing dan bermusuhan dengan serigala.
Komentar
Posting Komentar